“Acaranya seru menurut putri saya, di acara kemarin ananda belajar banyak hal, dari menangkap dan membersihkan ikan sampai menyiapkan makanan hingga membersihkan peralatan masaknya sendiri, ” ungkap Tati Haryati, bunda Siswa Kelas 5 E Laila Ramadhani Faizin.
Laila merupakan salah satu dari 143 siswa kelas 5 yang mengikuti Leadership for Champion #2 (LC 2) yang dilaksanakan 3 hari 2 malam, Selasa-Kamis, 13-15 Mei 2025, bertempat di Neo Akshaya Villa and Camping Ground, Taman Sari, Bogor.
“Saya setuju dengan kegiatan LC ini, karena melatih kemandirian anak-anak, meski sempat khawatir karena putri saya punya riwayat sakit maag, tapi saya yakin dengan guru-guru Intam, karena pengalaman dari kakak-kakaknya juga, alhamdulillah aman,” ujar Bu Tati, sapaan akrabnya.
Karena kepercayaan inilah, Bu Tati memilih memasukkan keempat putra-putrinya sekolah di Insantama mulai jenjang SD, SMP hingga SMA.
Penjelajahan Dimulai
Derap langkah penuh keyakinan terdengar teratur menyusuri jalan di kaki Gunung Salak. Di hari kedua LC#2 Curug Nangka menjadi tujuan pertama. Celoteh ramai anak-anak terdengar riang memenuhi udara yang segar dan cerah. Mereka terlihat sangat antusias dengan pemandangan yang asri, deretan pohon pinus yang berjejer bercampur dengan pohon lain. Lengkap dengan monyet jenis ekor panjang yang berkeliaran bebas tanpa rasa takut, sesekali mereka tertawa menyaksikan tingkah para monyet.
Hujan deras semalaman, membuat jalur sepanjang kaki Gunung Salak ini menjadi licin dan lembab, hingga para guru berkali-kali mengingatkan agar peserta LC-2 berhati-hati dalam melangkah.
Ketatnya pengawasan dari para pembimbing anak kelompok (PAK) menepis kekhawatiran tentang keselamatan dan keamanan seluruh peserta yang terlontar dari orang tua. Pengawalan tampak ketat dari depan hingga ujung barisan. Para PAK yang dibekali handy talky selalu aktif berkabar jika ada hal yang dianggap kurang baik.
Perjalanan panjang menuju Curug Nangka tak semulus yang diharapkan. Namun saat itulah mental pejuang anak-anak terlihat, mereka tak mengeluh ketika harus jalan menanjak atau turun dengan jalanan yang licin, bahkan mereka terlihat gembira ketika harus berjalan melawan arus sungai menuju Curug Nangka.
Beberapa anak sempat tertinggal. Namun, semangatnya mudah dimotivasi hingga segera bangkit lagi untuk menyusul teman-temannya yang sudah berada di depan.
“Waah, alhamdulillah kita sudah sampai.”
“Masya Allah, bagus air terjunnya.”
“Woow, airnya segar bangeet.”
Begitu komentar beberapa di antara ketika sampai di Curug Nangka. Luar biasa, panorama Curug Nangka seketika mampu menepis lelah selama perjalanan. Mereka terlihat antusias bermain di bawah guyuran air terjun yang airnya terasa sangat dingin dan menyegarkan. Sayangnya, kesenangan itu harus segera berakhir. Karena semua peserta harus segera bersiap, melanjutkan perjalanan menuju kolam ikan yang berada di perkampungan, untuk menangkapnya.
“Ibu, ana enggak mau turun. Airnya kotor,” rajuk seorang anak, ketika menyaksikan kolam yang berisi ratusan ikan mas itu, tak sebersih kolam tempat biasa mereka berenang. Namun, tak urung akhirnya mereka turun dan larut dalam eforia menangkap ikan, dalam air yang sudah bercampur lumpur.
“Ibu, ana mual,” tutur Syabila, ketika melihat pisau membelah perut ikan dan mengeluarkan darah. Meski begitu, ia tak menolak ketika kebagian giliran membersihkan ikan, yang menjadi tugas seluruh peserta LC-2.
Nasi Kelapa Muda
Tak selesai sampai di situ, sepulang dari kolam, usai membersihkan diri, mereka harus menyiapkan menu makan siang dan makan malam, bakar ayam dan ikan hasil tangkapan, ditambah menu khas LC#2 ‘nasi kelapa muda’, cara memasaknya yang membuat spesial, dimasak langsung dalam kelapa utuh yang dibakar di atas kayu bakar.
“Kita harus berhasil memasak nasi kelapa muda,” dengan semangat Aisyah dan Ghaniya yang mewakili kelompok 6, mulai mempraktikan cara masak nasi kelapa yang diajarkan Direktur Kesiswaan Yayasan Insantama Cendekia (YIC) Muhammad Karebet Widjajakusuma, yang akrab disapa Pak Kar.
Namun cuaca ternyata tak mendukung semangat mereka. Hujan mulai turun menguji daya juang mereka, melemahkan api yang sudah menyala. Tak patah semangat, anak-anak terlihat bekerja sama menjaga api agar tetap menyala, mulai dari melindungi api dengan payung dan karpet spon, hingga mengipasi baranya agar tetap menyala.
“Hasil tak menghianati proses.” Seperti yang sering dilontarkan Pak Kar, mereka berhasil memasak nasi dalam kelapa muda, hingga matang dan habis dinikmati bersama.
Banyak sekali pengalaman yang didapat para peserta ketika mereka keluar dari zona nyaman, segala upaya terlihat dikerahkan agar mampu menyelesaikan segala tantangan. Hal ini sesuai dengan visi misi dan tujuan diadakannya acara.
“Kegiatan ini bertujuan untuk melatih kepemimpinan, kemandirian dan keberanian siswa untuk hidup di alam terbuka, juga melatih kekompakan dalam kerjasama antar-kelompok. Mereka sedang disiapkan menjadi pribadi yang mandiri dan percaya diri, agar siap menjadi pemimpin di masa depan,” papar Ketua Leadership for Champion #2 Umi Rusmanah yang terlihat sibuk memastikan setiap kegiatan berjalan sesuai arahan.
Menurutnya, banyak pembelajaran yang didapat di acara ini. Mulai dari siswa dilatih untuk memenuhi kebutuhan makanannya secara mandiri. Bahkan, bahan makanan pun mereka siapkan sendiri. Upaya mencari makanan dilakukan dengan berbagai kegiatan, hingga menangkap ikan sampai memanen jagung.
“Mereka tidak diperkenankan membawa makanan olahan dan snack agar hingga tujuan acara terpenuhi secara maksimal,” pungkasnya.[] Beti Nurbaeti