Fajar belum sepenuhnya menyingsing, tetapi suasana di kebun farming sudah riuh rendah suara dan hiruk pikuk panitia kurban, para pekurban, dan tentu saja hewan-hewan kurban, Sabtu (7/6/2025) di SIT Insantama Bogor.
Tak hanya itu, sejumlah siswa SDIT, SMPIT, dan SMAIT Insantama juga turut memadati area. Beberapa di antara mereka adalah pekurban. Sebagian besar lainnya bertugas sebagai bagian dari panitia, sigap membantu prosesi penyembelihan hewan kurban dalam kegiatan Kurban untuk Pendidikan yang telah menjadi agenda tahunan SIT Insantama.
Kegiatan penyembelihan hewan kurban dibuka dengan khidmat oleh Direktur Pelaksana Sekolah Islam Terpadu (SIT) Insantama Muhammad Adhi Maretnas Harapan.
Dalam sambutannya, Pak Dirlak, sapaan akrabnya, menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada para pekurban, khususnya orang tua siswa, atas partisipasi mereka yang luar biasa dalam menyukseskan program kurban pendidikan di Insantama.
Pak Dirlak juga tak lupa menyampaikan apresiasi kepada 21 guru dan staf yang tahun ini beruntung menerima hewan kurban berupa sapi. “Ini adalah bentuk rasa syukur dan apresiasi atas nikmat Allah SWT yang telah dilimpahkan,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan seluruh panitia untuk senantiasa menjaga keselamatan selama prosesi penyembelihan, mengingat adanya keterlibatan siswa serta area kegiatan yang terbatas.
Acara pembukaan ditutup dengan doa, memohon keberkahan dan kelancaran seluruh rangkaian kegiatan kurban.
Edukasi Kurban Sejak Dini
Rangkaian acara kegiatan kurban pun dimulai. Khusus untuk jenjang SD, kegiatan diawali pada pukul 07.00-07.45 WIB dengan murajaah hafalan surat pendek, shalat Dhuha, dan sesi Bina Syaksiyah Islamiyah (BSI).
Materi BSI kali ini bertajuk Idul Adha, Kurban untuk Pendidikan di SDIT Insantama, yang mengupas tuntas seluk-beluk kurban. Mulai dari definisi Idul Adha dan kurban, hikmah berkurban, waktu pelaksanaannya, siapa yang wajib berkurban, sejarah kurban, jenis dan ketentuan hewan kurban, hingga ciri-ciri hewan kurban yang sehat.
Usai sesi BSI, seluruh siswa diajak melihat langsung hewan kurban berupa domba. Untuk siswa kelas 1, 2, dan 3, ada empat ekor domba yang disembelih di hadapan mereka.
Prosesi penyembelihan dimulai pukul 07.45 WIB di lapangan tengah SDIT, dipandu Pak Ibnu sebagai pembawa acara. Setelah siswa duduk rapi dan tertib, domba pertama milik Cello dari kelas 3A dibawa ke hadapan.
Sebelum dipotong, Cello dipersilakan maju untuk memegang dan menyaksikan lebih dekat proses penyembelihan dombanya. Sesekali terlihat Cello memalingkan wajahnya, sedih dan tak tega. Namun, pada akhirnya ia memberanikan diri untuk menyaksikan.
Hewan kurban berikutnya adalah milik Adel, siswi kelas 3C. Menurut ibunda Adel, keputusan Adel untuk berkurban ini terbilang mendadak. Namun alhamdulillah masih bisa ikut serta. Yang lebih membanggakan, hewan kurban Adel dibeli dari hasil tabungannya sendiri yang ia kumpulkan setiap hari.
Proses penyembelihan hewan kurban ini dibantu oleh tim penyisitan kelas rendah yang terdiri dari Pak Diki, Pak Chandra, Pak Suryana, dan Pak Bilal. Hal yang menarik, selama proses pemotongan hingga penyisitan berlangsung, takbir terus dikumandangkan secara bergantian oleh para siswa. Tak hanya siswa ikhwan, siswa akhwat pun turut serta dengan antusias berebut mikrofon untuk melantunkan kalimat takbir. Suasana menjadi sangat syahdu dan penuh semangat.
Kreasi Sate Lezat dan Pembelajaran Praktis
Usai penyembelihan, kegiatan siswa dilanjutkan dengan sesi pembelajaran selanjutnya: membuat sate. Anak-anak tidak hanya belajar cara membakar sate, tetapi juga diajarkan bagaimana mengenali kualitas daging sapi dan teknik agar daging menjadi empuk.
Kegiatan bakar sate ini dilaksanakan per angkatan. Di angkatan kelas 1 acara dibuka oleh Bu Tresna, kelas 2 oleh Bu Srimel, dan di kelas 3 oleh Pak Robbis.
Semua siswa menyimak dengan baik apa yang disampaikan guru mereka, mulai dari pengenalan bahan-bahan untuk membuat sate, bagaimana menusuk sate yang benar agar tidak melukai tangan, hingga tips cara memotong daging sapi agar terasa lembut dan tidak alot.
Guru Qiroati Hetty menyampaikan trik khusus agar daging sate empuk dan tidak alot, yaitu dengan memotongnya melawan arah serat daging.
Anak-anak semakin antusias dan tak sabar ingin mencoba membuat sate sendiri. Tibalah saat praktik! Seketika terdengar suara riuh para siswa berebut ingin mencoba.
“Ana, Bu!”
“Ana dulu, Bu!”
“Ana mau coba, Bu!”
Seru mereka dengan semangat.
Agar tertib dan adil, Bu Wuri, Bu Hasna, dan Bu Aisyah memberikan kuis seputar hewan kurban kepada siswa. Setiap siswa diberi satu pertanyaan sebagai evaluasi pemahaman dari materi yang telah disampaikan oleh guru kelas saat sesi BSI. Yang dapat menjawabnya dengan baik dan benar dipersilakan membuat sate sendiri.
Kegiatan berlangsung sangat meriah dengan antusiasme yang tinggi dari para siswa. Setelah praktik selesai, seluruh siswa masuk kembali ke kelas masing-masing untuk menikmati hidangan sate bakar dan lontong yang lezat. Raut wajah mereka menunjukkan kegembiraan yang luar biasa. Beberapa siswa bahkan meminta tambah karena sate dan lontong yang disajikan sudah habis tak bersisa.
“Hmm enak, Bu! Sate dan lontong ana habis. Mau nambah lagi, boleh enggak?” ujar Dito, siswa kelas 2F.
“Satenya enak, Ana suka,” timpal Daryl teman sekelas Dito dengan ekspresi puas.
Sebagai penutup hidangan, siswa menikmati es teh lemon yang menyegarkan. “Bu, esnya seger banget, Ana suka!” seru Sheza penuh ceria.
Acara demi acara pun berlangsung lancar tanpa terasa. Waktu menunjukkan pukul 09.50 WIB. Panitia mengingatkan seluruh siswa untuk bersiap berdoa dan pulang bersama guru kelas masing-masing.[] Amelia Susanti