Blog

  • Refreshing Visiting, Menjelajah Kebun Raya Cibodas

    Refreshing Visiting, Menjelajah Kebun Raya Cibodas

    Pagi yang masih diselimuti kegelapan dini hari tak sedikit pun menyurutkan antusiasme 128 siswa kelas VI SDIT Insantama Bogor. Rabu, 21 Mei 2025, pukul 05.15 WIB, suasana di sekitar Batalyon Infanteri (Yonif) 315 sudah riuh rendah dipenuhi tawa dan obrolan.

    Mereka bersiap untuk petualangan edukatif dalam agenda Refreshing Visiting ke Kebun Raya Cibodas (KRC), sebuah destinasi yang dipilih karena keindahan alamnya dan koleksi tanaman subtropis langka, seperti diungkap Pak Setyanto, penanggung jawab kegiatan. Tiga armada bus pun siap mengantar rombongan menuju lokasi refreshing visiting.

    Pada pukul 05.45 WIB, rombongan bertolak dari titik kumpul. Perjalanan memakan waktu sekitar dua jam. Pukul 07.43 WIB, para peserta tiba di sekitar lokasi Kebun Raya Cibodas. Mendung tipis dan gerimis menyambut kedatangan mereka, namun tidak mengurangi semangat.

    Sebelum memulai kegiatan, Pak Marsambas, pendamping siswa, memimpin doa singgah di tempat baru dan doa agar hujan tidak turun di lokasi acara.

    “Hal ini untuk menanamkan ketauhidan dan tawakal pada Allah SWT. Karena Allah yang menguasai langit dan bumi,” jelas Pak Sambas, sapaan akrabnya.

    Pak Setyanto, sapaan penanggung jawab kegiatan, menambahkan, “Kegiatan refreshing tidak ingin dilepaskan dari perkara spiritual. Ini bisa dilihat dari tujuan visiting. Oleh sebab itu saat berada di tempat baru yang dikunjungi dan menjalankan ritual doa mengalihkan hujan adalah sebagai bentuk bagian pembelajaran yang tidak ingin melepaskan nilai-nilai ajaran Islam.”

     

    Siswa berjalan menuju gerbang masuk Kebun Raya Cibodas.

     

    Kegiatan Edukatif dan Permainan Menantang

    Agenda dilanjutkan dengan shalat Dhuha, menjaga bi’ah shalihah (lingkungan yang baik/shalih) yang selalu ditekankan dalam pendidikan Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Insantama. Setelah itu, para peserta langsung diarahkan menuju Taman Sakura. Suasana sejuk dengan suhu rata-rata 20 derajat Celcius, pemandangan topografi bergelombang, serta berbukit di ketinggian 1.300 hingga 1.425 meter di atas permukaan laut membuat KRC menjadi pilihan tepat untuk kegiatan ini. Anak-anak tampak takjub dengan keindahan alam yang disuguhkan.

    Di Taman Sakura, sebuah permainan mengeluarkan bola dari paralon menjadi tantangan seru yang menguji kerja sama tim. Para peserta harus bahu-membahu memasukkan air dari sungai ke dalam paralon yang telah dilubangi, sambil menutupi lubang-lubang tersebut dengan jari-jari tangan mereka agar air tidak bocor.

    Gelak tawa pecah ketika air mengguyur peserta yang berusaha menutupi lubang, menambah keseruan permainan.

    “Seru, karena permainan ini membuat kita basah-basahan walaupun agak capek tapi seru sekali. Karena permainan lumayan susah dan butuh effort (usaha) yang banyak,” ujar Zhafirah Naira Hilman, siswa kelas VI B.

    Senada dengannya, Ayesha Farzana Salwaa, siswa kelas VI B, menambahkan, “Seru, karena bisa main air dan kelompoknya sekelas sehingga memudahkan kita untuk lebih kompak.”

     

    Permainan yang menguji kerja sama tim.

     

    Tracking Penuh Pesona dan Keindahan Koleksi Tanaman

    Tantangan berikutnya adalah tracking (penjelajahan) sejauh 1,5 km menuju garis finish (akhir) yaitu Gardenia Avenue. Sepanjang perjalanan, pemandangan indah Araucaria Avenue menyambut para peserta.

    Kenzi, siswa kelas VI A, berseru, “Wah pemandangannya sangat indah!” saat melintasi deretan pohon Araucaria yang ditanam rapi sepanjang 320 meter. Tanaman asli Brazil yang sudah berusia 153 tahun dan menjulang puluhan meter ini berjumlah 47 pohon, memberikan sensasi seolah berada di luar negeri.

    Meskipun rute tracking cukup menantang dengan sudut kemiringan kurang lebih 45 derajat, tidak tampak sedikit pun kelelahan di wajah para peserta. Dengan tekad kuat, kesabaran, dan kekompakan, mereka berhasil mencapai finish.

    Hamparan rumput hijau yang diselimuti kabut di lokasi finish membayar lunas rasa lelah selama perjalanan, memicu kegembiraan dan keceriaan. Sebagian peserta segera berganti pakaian untuk persiapan makan siang dan shalat Dzuhur.

     

    Semangat para siswa menuju Gardenia Avenue.

     

    Setelah shalat Dzuhur, kegiatan dilanjutkan dengan mengunjungi Rumah Kaca. Kebun Raya Cibodas memiliki koleksi tanaman indoor (dalam ruangan) dan outdoor (luar ruangan). Tanaman indoor seperti kaktus, anggrek, dan sukulen disimpan di rumah kaca untuk menjaga suhu agar sesuai dengan habitat aslinya. Para peserta tampak antusias mengamati berbagai jenis tanaman di dalamnya. Meskipun hujan kembali mengguyur, semangat mereka tidak padam untuk menuntaskan seluruh rangkaian kegiatan refreshing visiting ini.

     

    Para siswa mengamati tanaman yang ada di rumah kaca.

     

    Acara ditutup dengan sesi berbelanja oleh-oleh. Sepanjang jalan dipenuhi oleh kerumunan peserta yang memilih buah tangan untuk keluarga tercinta di rumah. Amsyar, siswa kelas VI E, memilih membeli tanaman. “Karena umi ana sangat menyukai tanaman,” ungkapnya saat ditanya oleh temannya.

     

    Para siswa membeli oleh-oleh untuk keluarga tercinta di rumah.

     

    Tujuan Mulia di Balik Petualangan

    Pada akhir kegiatan, Pak Setyanto mengungkapkan tujuan utama diadakannya kegiatan ini. Pertama, menyegarkan kembali tubuh dan pikiran dengan kegiatan yang menyenangkan dan berkesan setelah siswa melaksanakan ASAJ (Asesmen Sumatif Akhir Jenjang). Kedua, menguatkan pembelajaran kerja sama tim. Ketiga, tadabur alam sebagai ciptaan Allah SWT.

    “Perjalanan refreshing visiting SDIT Insantama ke Kebun Raya Cibodas bukan hanya sekadar rekreasi, melainkan juga wadah untuk menumbuhkan rasa syukur, kekompakan, dan ketahanan diri di tengah indahnya ciptaan Allah SWT,” pungkasnya.[] Wiyanto

  • Refleksi, Harapan, dan Semangat Baru dari Para Penjelajah Kata

    Refleksi, Harapan, dan Semangat Baru dari Para Penjelajah Kata

    Dalam banyak cerita, hari terakhir sering kali dikaitkan dengan berakhirnya sebuah perjalanan. Sebuah waktu yang membawa pada perpisahan, bahkan kerap dimaknai sebagai kiamat kecil: akhir dari segala hal yang pernah berjalan. Namun, bagi para peserta Klub Bahasa SDIT Insantama Bogor, hari terakhir bukanlah akhir segalanya, melainkan titik hening yang memanggil untuk merenung dan menata langkah baru.

    Pertemuan terakhir Klub Bahasa yang berlangsung pada Jumat, 23 Mei 2025 bertempat di Aula Naufal Syauqi, menjadi momen yang penuh makna bagi para siswa kelas 4 dan 5. Mereka bukan hanya menutup satu semester kegiatan ekspresi pilihan, tetapi juga menandai satu fase dalam petualangan mereka mengeja kata, merangkai kalimat, dan menumbuhkan keberanian untuk bercerita.

    Dalam suasana hangat dan penuh semangat, kegiatan dimulai dengan sesi Refleksi Bahasa. Dalam sesi ini, siswa berbagi cerita, harapan, dan perubahan diri yang mereka rasakan. Ada yang dulunya malu untuk berbicara di depan umum, kini mampu membacakan puisi dengan lantang. Ada pula yang awalnya kesulitan menulis, kini justru menciptakan cerpen dan menjadi inspirasi bagi teman-temannya.

    Ayasha, anggota Klub Bahasa, mengungkapkan kesannya selama mengikuti Klub Bahasa. Ananda yang saat ini duduk di kelas 5 mengungkapkan penyesalannya kenapa tidak dari kelas 4 ia memilih ekspresi klub bahasa yang menurutnya selain menambah wawasan tentang menulis, bercerita, fotografi dan lain-lain juga kegiatannya sangat seru dan fun (menyenangkan).

    “Setiap akhir adalah awal dari sesuatu yang baru. Klub ini boleh selesai untuk tahun ini, tapi semangat kalian untuk berkarya tidak boleh padam,” ujar Pembina Klub Bahasa Siti Nurhasna Fuiziyah dalam sambutannya yang menguatkan hati para siswa.

    Senada dengan Bu Hasna, Guru Pendamping Klub Bahasa Nono Hartono menyampaikan pesan kepada anggota klub. “Proses tidak akan mengkhianati hasil maka teruslah belajar, berusaha, dan berproses dengan baik untuk menggapai mimpi,” Pak Nono, biasa ia disapa.

    Kegiatan ini pun ditutup dengan kejutan dari para guru pendamping Klub Bahasa berupa pemberian souvenir tumbler sehingga menambah kebahagiaan anggota Klub Bahasa di tengah-tengah rasa haru di hari terakhir pertemuan Klub Bahasa.

    Hari terakhir Klub Bahasa memang telah tiba. Tapi seperti matahari yang terbenam untuk kembali terbit, semangat menulis, membaca, dan berbicara akan terus hidup. Bersinar dari lisan dan pena para penjelajah kata kecil ini.[] Widodo

  • Pameran Saintis Insantama Suguhkan Pengalaman Saintifik

    Pameran Saintis Insantama Suguhkan Pengalaman Saintifik

    Di tengah langit cerah dan sinar matahari yang menyinari penuh semangat, seluruh peserta dan pengunjung disuguhkan pengalaman saintifik yang tidak hanya menarik tetapi juga menginspirasi dalam acara Pameran Saintis Insantama yang digelar pada Jumat, 16 Mei 2025, di Sekolah Islam Terpadu (SIT) Insantama Bogor.

    Salah satu atraksi yang mengundang decak kagum adalah kipas solar system. Awalnya, perencanaan pengamatan akan dibantu dengan lampu tembak. Namun, matahari bersinar dengan sempurna hingga panel dapat digunakan langsung.

     

    Menyambut dengan Keajaiban Warna

    Setiap pengunjung yang hadir disambut ramah dengan ucapan selamat datang dan suguhan segelas seduhan bunga telang. Tidak cukup sampai di situ, seduhan ini diberi sedikit sentuhan “sihir ilmiah” berupa perasan jeruk nipis yang mengubah warnanya dari biru menjadi ungu!

    Suasana langsung dipenuhi dengan rasa takjub dan senyum kagum dari pengunjung, apalagi saat disampaikan manfaatnya bagi kesehatan tubuh. Rasanya pun menyegarkan dan menambah semangat menjelajahi seluruh area pameran.

     

    Eksperimen Sederhana

    Pameran kali ini dipenuhi beragam eksperimen sains yang sederhana lima di antaranya sebagai berikut.  Pertama, jembatan ponton, bukti nyata ilmu fisika dalam rekayasa sederhana. Kedua, pompa hidrolik, yang memanfaatkan tekanan cairan untuk mengangkat beban.

    Ketiga, pelangi dalam gelas, menghadirkan keindahan warna melalui eksperimen larutan berbeda massa jenis. Keempat, meniup balon tanpa ditiup mulut atau pompa, mengajak pengunjung berpikir kritis tentang reaksi kimia. Kelima, magic water dan pasta gigi gajah, dua eksperimen populer yang membuat anak-anak tak bisa berpaling.

    Tak hanya itu, ada kejutan manis yang membuat pengunjung rela mengantri: permen Saintis! Permen ini dibagikan gratis dan menjadi favorit semua kalangan, mulai dari siswa hingga guru.[] Ade Willy Surtinih

  • Ada JAISH di Journalist Camp SDIT Insantama

    Ada JAISH di Journalist Camp SDIT Insantama

    “Antum harus semangat terus ikut ekspresi jurnalis karena banyak manfaat yang bisa antum dapatkan.” Itulah penggalan motivasi dari Emira Husna Shalihah Ramadhani, anggota JAISH (Journalist Association of Insantama Senior High School) yang disampaikan di kegiatan Journalist Camp, Klub Bahasa SDIT Insantama.

    Kegiatan Journalist Camp yang dilaksanakan oleh Klub Bahasa SDIT Insantama merupakan salah satu dari rangkaian program Klub Bahasa di semester genap ini. Kegiatan ini dapat dikatakan sebagai kegiatan puncak dari serangkaian kegiatan yang ada di Klub Bahasa. Pasalnya, semua keterampilan siswa yang telah dipelajari selama kegiatan Klub Bahasa ditampilkan di kegiatan Journalist Camp.

    Kegiatan Journalist Camp dilaksanakan hari Jumat-Sabtu, tanggal 9-10 Mei 2025 di SDIT Insantama. Kegiatan yang dilaksanakan dari sore Jumat itu berjalan dengan lancar. Berbagai kegiatan dilakukan mulai dari journalist challenge, tampilan-tampilan dan jurit malam.

    Setelah shalat Shubuh, para siswa diberi kejutan dengan kedatangan dua anggota JAISH. Mereka adalah Emira Husna Shalihah Ramadhani yang biasa dipanggil Kak Emira dan Siti Zahra Salsabila Ahmad yang biasa dipanggil Kak Sasa. Keduanya masih duduk di kelas X-5 SMAIT Insantama.

    Di kegiatan ini, Kak Emira dan Kak Sasa berbagi pengalaman mereka selama mengikuti kejurnalistikan SMA. Kegiatannya tidak jauh berbeda dari jurnalistik SD tetapi levelnya lebih kompleks. Keduanya mengaku, selama bergabung di kejurnalistikan wawasan mereka bertambah dan literasi mereka juga terasah.

    “Ana bergabung di jurnalis sangat merasakan manfaatnya karena wawasan ana semakin luas dan juga keterampilan literasi ana semakin terasah,” ungkap Kak Emira.

    Kak Sasa menambahkan, dalam kejurnalistikan juga akan terasah keterampilan fotografinya, karena bagaimanapun juga seorang jurnalis tidak hanya menuliskan berita tapi mampu menampilkan foto yang refresentatif untuk berita yang mereka tulis. Hal itu menambah antusias bagi siswa yang memiliki hobi terkait fotografi.

    Antusias siswa Klub Bahasa juga semakin bertambah saat Kak Emira menyampaikan bahwa mereka juga bisa berprestasi jika keterampilan kejurnalisannya dilatih terus. Sebagaimana pengalaman Kak Emira yang sudah bergabung di kejurnalistikan dari mulai SMPIT dan kemampuannya semakin meningkat.

    Bahkan Kak Emira telah mampu menghasilkan tulisan yang baik. Ia pernah ikut menjadi penulis buku antologi. Juga pernah menjadi juara harapan 3 dalam lomba menulis cerita inspiratif di Jambore Insantama 2024 lalu yang bersaing dengan lebih dari 100 peserta dari guru, orang tua dan teman-temannya.

    Di akhir perbincangannya, keduanya memotivasi anak-anak Klub Bahasa untuk selalu semangat bergabung di ekspresi kejurnalistikan. Tentunya, motivasi dari JAISH ini menjadi motivasi tersendiri bagi para siswa Klub Bahasa untuk selalu semangat mengembangkan kemampuannya di kejurnalistikan.[] Sri Mellia Marinda

  • Journalist Camp, Pengukuhan Jurnalis Muda

    Journalist Camp, Pengukuhan Jurnalis Muda

    Journalist Camp merupakan acara yang ditunggu-tunggu siswa kelas 4 dan 5 SDIT Insantama yang mengikuti ekspresi Klub Bahasa, pasalnya kegiatan tersebut merupakan ajang pengukuhan mereka sebagai jurnalis muda tidak terkecuali Syabila, siswa kelas 4.

    “Bu, kapan kita Journalist Camp?” ujar Syabila, pada suatu hari di bulan April 2025.

    “Insyaallah bulan Mei, Nak,” ucap Pembina Klub Bahasa, Siti Nurhasna Fauziah.

    “Alhamdulillah itu yang paling aku tunggu-tunggu di Klub Bahasa, Journalist Camp…” ujar Syabila.

    Akhirnya waktu yang dinantikan mereka tiba. Pada Jumat-Sabtu, tanggal 9-10 Mei 2025, mereka mengikuti Journalist Camp. Di hari pertama mereka disuguhkan dengan challenge (tantangan) membuat mading tetapi hanya diberikan waktu 1 jam.

    “Anak-anak challenge yang pertama, antum semua silahkan duduk perkelompok. Challenge antum adalah membuat mading tetapi dengan tema yang sudah ditentukan di dalam amplop ini,” ujar PAK Ekspresi Klub Bahasa, Sri Mellia Marinda.

    Raut wajah mereka penuh antusias dan rasa takut, karena takut tidak selesai pada waktunya. Namun kejutan dari mereka, ada tiga kelompok yang sudah selesai bahkan kurang dari satu jam. “Bu, kita sudah selesai,” ujar salah satu kelompok.

    “Wah, masyaallah, seorang jurnalis itu harus siap kapan pun dan di mana pun dengan apa pun itu challenge-nya,” ujar Bu Srimel, sapaan akrabnya.

    Kelompok yang lain pun terpacu dan tidak mau kalah. Mereka terus melanjutkan membuat mading dan menghiasnya. Mereka ingin membuktikan bahwa mereka mampu dan bisa. Waktu terus berjalan dan tidak terasa waktu maghrib sebentar lagi, mereka bebersih diri dan bersiap melakukan shalat Maghrib berjamaah.

    Usai shalat, setiap siswa menunjukkan bakat keterampilan dalam bahasa secara individu. Mereka tampil satu per satu. Bahkan ada yang sampai merasa mules. “Bu, ana kok tiba-tiba mules ya?” ujar Saniya.

    “Itu antum nervous (cemas), insyaallah lancar,” ujar Bu Hasna, panggilan akrab Pembina Klub Bahasa.

    Hanya di Journalist Camp, mereka tampil dilihat dan dinilai oleh alumni. Akhir tampilan mereka disuguhkan dengan makanan ringan.

    Pukul 02.00 malam semua siswa dibangunkan. “Bu, kenapa ini gelap?” ujar salah satu siswa.

    “Tidak apa-apa, Nak. Waktunya antum bangun, shalat Tahajud dan kita berkumpul,” ujar PAK Ekspresi Klub Bahasa, Achmad Ibnou Sena.

    Setelah shalat Tahajud, mereka dikumpulkan di lapangan tengah. “Sekarang waktunya adalah bravery challenge (tantangan yang menuntut keberanian), antum akan menjawab soal yang ada di amplop ini, teknisnya antum silahkan berjalan ke atas lantai 2. Ada kelas yang sudah dibuka, antum masuk dan membuka amplop di sana,” ucap Guru Pendamping Klub Bahasa Nono Hartono.

    “Seriusan, Pak? Kita sendiri-sendiri? Berdua atuh, Pak?” ucap salah seorang anak. Raut wajah mereka ketakutan, karena semua ruangan dimatikan lampunya, dan mereka harus menyelesaikan challenge tersebut.

  • Gus Choi: Lisan Itu Pengejawantahan Hati

    Gus Choi: Lisan Itu Pengejawantahan Hati

    Mudir Tanfidziy Islamic Boarding School (IBS) Ustadz Chairul Annas menyatakan lisan itu pengejawantahan hati.

    “Tepatnya, lisan itu menjadi pengejewentahan dari hati kita sehingga kita harus senantiasa menjaga diri dari hal-hal buruk yang akan memasukinya,” ujarnya dalam agenda pekanan Yaumul Muhasabah, Ahad (18/5/2025) di Masjid Pendidikan Insantama.

    Untuk memudahkan santri memahami, Gus Choi, begitu sapaan akrab Ustadz Chairul Annas, mengumpamakan hati itu sebagai teko.

    “Laksana sebuah teko, ia akan mengeluarkan apa yang ada di dalamnya, apakah itu air putih, kopi, teh dan lain sebagainya. Maka tidaklah mungkin teko itu mengeluarkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang ada di dalamnya,” ungkapnya.

    Adapun tontonan, ibarat air yang dimasukan ke dalam teko. Namun sayangnya, ungkap Gus Choi, tontonan hari ini tidak bersifat tuntunan.

    Oleh karena itu, ia pun mendorong santri membuat konten positif yang menuntun penontonnya ke jalan Islam.

    “Bila diberikan fasilitas hp, laptop, maka jangan menjadi penikmat saja tapi jadikan fasilitas itu sebagai wasilah untuk membuat konten positif dan islami di dunia maya. Kita harus berupaya untuk menjadi konten kreator, jangan hanya mencukupkan diri untuk menjadi penikmat saja karena itu akan merusak fungsi otak,” tuturnya.

    Ia juga mengingatkan santri agar memperbanyak amal shalih. Karena sejatinya manusia saat ini sedang bersafar menuju negeri akhirat.

    “Semoga kita semua bisa membiasakan kultur disiplin, kultur taat, kultur untuk senantiasa berada dalam koridor syariat semata, agar kita bisa selamat dalam menjalani kehidupan di dunia ini, dan di akhirat mendapat kebahagiaan,” pungkasnya.[] Mila Sari

  • Pahamkan Siswa Terkait Pemanfaatan SDA dan Permainan Tradisional

    Pahamkan Siswa Terkait Pemanfaatan SDA dan Permainan Tradisional

    “Taat kepada Allah di mana pun berada. Masyarakat adalah teman kami. Allahu Akbar, Allahu Akbar, yes!” Demikian jawaban serentak peserta Leadership for Champions (LC) #1 sesaat setelah Ayung Sunandar, penanggung jawab acara, meneriakkan, “LC #1!”

    Ini adalah bentuk yel-yel yang menjadi penyemangat dan ciri khas LC #1 yang sudah disiapkan panitia. Atraksi yel-yel ini terlihat saat pelaksanaan kegiatan apel penyambutan di lapangan kecil yang berada di area Kampung Batik Agrowisata Gunung Mas di kawasan Cisarua Puncak Bogor sebagai pusat pelaksanaan kegiatan LC #1, pada Senin (28/4/2025).

    Kegiatan penyambutan juga diisi Ketua RT 1 RW 2 Edi Sukardi, yang mewakili tuan rumah. “Selamat datang anak-anak, manajemen, dan panitia LC #1. Sudah keempat kalinya kegiatan ini berlangsung di sini. Semoga anak-anak selaku peserta dapat mengenal lebih jauh komplek rumah agrowisata dan mendapatkan materi-materi pelatihan,” ungkap Pak Edi, demikian ia disapa, memberikan sambutannya.

    Kegiatan LC #1 SDIT Insantama ini berlangsung selama 3 hari, hingga Rabu, 30 April 2025. Kegiatan diikuti oleh 116 siswa kelas IV SDIT Insantama yang terbagi dalam 7 kelompok siswa ikhwan dan 6 kelompok siswa akhwat serta didukung dan didampingi para guru dan staf pegawai.

    Para siswa beserta pembimbing anak kelompok (PAK) menginap di rumah penduduk yang tersebar di beberapa RT dan RW yang berbeda. Di RT 1 RW 3 ada 6 rumah, di RT 2 RW 2 terdapat 4 rumah, dan di RT 1 RW 2 terdapat 5 rumah. Sementara itu, panitia menempati 2 rumah warga sebagai basecamp guru ikhwan 1 rumah dan 1 rumah untuk basecamp guru akhwat. Secara umum, ragam kegiatan di LC #1 ini menggunakan lingkungan sekitar Kampung Batik.

    Menurut Ketua Panitia LC #1 Marsambas, tujuan kegiatan adalah untuk meningkatkan ketaatan kepada Allah, melatih kepemimpinan dan dipimpin, meningkatkan kepekaan sosial, kesabaran, keberanian, dan kemandirian, serta mampu berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan masyarakat.

    Siswa peserta LC #1 juga melakukan keliling kampung yang dibimbing Abah Karta, warga sekitar yang terbiasa menjadi pemandu di acara-acara serupa. Dalam perjalanannya, peserta LC #1 dijelaskan terkait beberapa jenis tanaman hias dan juga tanaman yang mampu menahan laju longsor seperti pakis besar dan bambu. Peternakan lebah menjadi destinasi berikutnya yang memberikan daya tarik tersendiri bagi peserta LC #1.

    Abah Karta ternyata sangat menguasai dunia lebah madu. Pasalnya, Abah Karta sering mengikuti pelatihan peternakan lebah yang diselenggarakan Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perhutani).

    Menurutnya, lebah terbagi menjadi tiga yang didasarkan atas perannya masing-masing dalam koloninya. Ada lebah ratu yang akan menghasilkan telur sejumlah 500 setiap pekannya setelah dibuahi oleh lebah pejantan yang bertugas mengawal dan mengamankan ratu. Satu jenis lebah berikutnya adalah lebah pekerja yang bertugas mencari nektar dari bunga-bunga yang tumbuh di sekitar lokasi.

    Peternakan lebah menjadi bagian dari ragam kegiatan ekonomi yang dikembangkan oleh warga sekitar. Ini terlihat dari beberapa warga yang di depan rumahnya terdapat beberapa apiari atau ladang lebah dalam bentuk stup atau kotak yang dirancang khusus yang di dalamnya menjadi tempat untuk terkumpulnya madu.

    Kegiatan hari pertama ini juga diisi dengan pemberian santunan dari infak para siswa kelas IV SDIT Insantama. Total dana yang terkumpul sebesar Rp 5.440.000,00 dan diberikan kepada 26 anak yatim yang ada di Kampung Batik lokasi LC #1. Sebagian dana juga diberikan kepada masjid tempat peserta LC #1 melaksanakan shalat berjamaah, untuk membantu operasional harian masjid. Kegiatan ini merupakan bagian dari meningkatkan kepekaan dan jiwa sosial para siswa.

    Selain itu, siswa juga diperkenalkan dengan permainan tradisional berupa pletokan dan baling-baling bambu. Pletokan terbuat dari jenis bambu dengan diameter yang kecil dibuat serupa senapan yang dimainkan dengan peluru dari kertas basah yang digunakan untuk menembak. Sedangkan baling-baling bambu, terbuat dari pelepah bambu yang didesain khusus menyerupai baling-baling pesawat yang cara memainkannya dengan cara dibawa lari sehingga memungkinkan ada angin yang memutar baling-baling. Semua siswa merasa excited (antusias) mencoba jenis permainan yang sudah disiapkan panitia.

    Menurut Pak Ayung, sapaan Ayung Sunandar, kegiatan ini dilakukan untuk memahamkan siswa terkait pemanfaatan sumber daya alam yang ada untuk menunjang kegiatan ekonomi masyarakat dan juga ingin mengenalkan permainan tradisional yang sudah lama hilang dari dunia anak-anak zaman sekarang karena gempuran gim-gim di gadget mereka.[] Nono Hartono

  • Ustadz Ismail: Nabi Ibrahim as Memberikan Teladan Keikhlasan

    Ustadz Ismail: Nabi Ibrahim as Memberikan Teladan Keikhlasan

    Ketua Yayasan Insantama Cendekia (YIC) Ustadz Muhammad Ismail Yusanto menyatakan Nabi Ibrahim as yang namanya selalu disebutkan setiap kali shalat memberikan teladan keikhlasan dalam menjalankan segala perintah dari Allah SWT walau begitu berat dan seperti tidak masuk akal manusia.

    Nabi Ibrahim as yang namanya selalu di sebutkan setiap kali shalat memberikan teladan keikhlasan dalam menjalankan segala perintah dari Allah SWT walau begitu berat dan seperti tidak masuk akal manusia,” ujarnya dalam khutbah Jumat, Jumat (23/5/2025) di Masjid Pendidikan Insantama, SIT Insantama Bogor.

    Hebatnya lagi, sebut Ustadz Ismail, beliau atas izin dari Allah SWT bisa meyakinkan isteri dan anaknya bahwa ketika menjalankan perintah dari Allah SWT pasti itu adalah hal terbaik, walau perintah itu adalah meninggalkan keluarganya di tengah gurun yang tandus tanpa perbekalan dan tempat yang layak untuk ditinggali manusia.

    Namun, jelas Ustadz Ismail, Allah SWT punya rencana lain yang belakangan tempat yang tandus terpencil itu menjadi tempat yang sangat dirindukan oleh setiap umat Islam, bahkan bagi yang mampu diwajibkan berkunjung ke tempat ini minimal satu kali seumur hidup.[] Rakhmat Muharram

  • Menyelami Ilmu di Tengah Hijaunya Hutan Dramaga

    Menyelami Ilmu di Tengah Hijaunya Hutan Dramaga

    Rintik gerimis tidak menyurutkan semangat rombongan siswa kelas 4 dan 5. SDIT Insantama yang siap menambah wawasan ilmiah dalam kegiatan Visiting Ekspresi Saintis, Jum’at, 23 Mei 2025. Bahkan, kedatangan mereka disambut hangat oleh sekawanan rusa di pintu masuk—seakan menyambut tamu istimewa.

    Kegiatan ini dibuka dengan perkenalan singkat oleh Roby, pemandu, dengan gaya penyampaiannya yang penuh semangat. Dalam sesi awal, ia menjelaskan latar belakang Hutan Penelitian Dramaga, yang dikelola oleh IPB University sebagai laboratorium alam terbuka. Hutan ini berfungsi sebagai tempat penelitian biodiversitas, pelestarian flora dan fauna, serta edukasi lingkungan untuk berbagai kalangan.

    Tak kalah menarik, sesi dilanjutkan dengan kunjungan ke kawasan penangkaran rusa. Di sinilah para siswa dikenalkan pada tiga jenis rusa yang ditangkarkan: rusa Timor (Rusa timorensis), rusa Bawean (Axis kuhlii), dan rusa Totol (Axis axis). Siswa-siswi tampak antusias mendengarkan penjelasan mengenai ciri khas masing-masing jenis, mulai dari bentuk tubuh, warna bulu, hingga pola adaptasi mereka di alam.

    Suasana makin hidup saat para siswa melontarkan berbagai pertanyaan kritis kepada Roby. Dengan sabar, ia menjawab satu per satu, bahkan mengungkapkan kekagumannya terhadap ketajaman berpikir para peserta.

    “Rasa ingin tahu kalian luar biasa. Ini tanda calon-calon saintis muda, ” ujarnya sembari tersenyum bangga.

    Ia juga menyampaikan nasihat agar selalu waspada ketika berada di hutan.

    Setelah itu, rombongan melanjutkan perjalanan ke area danau di tengah kawasan hutan. Keindahan panorama danau yang dikelilingi pepohonan rindang menjadi momen menyegarkan. Beberapa siswa sempat mengamati gerakan air, mencoba memahami ekosistem yang hidup di dalamnya. Ada juga yang berdiskusi kecil mengenai siklus air dan potensi konservasi.

    Di penghujung acara, tibalah momen yang ditunggu-tunggu: pembagian hadiah untuk kelompok terbaik, terkreatif, terapih, dan peserta paling aktif. Sorak-sorai kegembiraan mewarnai suasana. Dan tentu saja, tidak lupa sesi foto bersama, mengabadikan momen kebersamaan yang tak terlupakan.

    Kegiatan Visiting Ekspresi Saintis kali ini tak hanya mempererat kebersamaan siswa, tetapi juga menambah pengetahuan langsung di lapangan mengenai ekosistem hutan, pelestarian hewan, dan pentingnya menjaga alam. Seperti kata salah satu siswa, “Ternyata belajar di alam itu jauh lebih hidup daripada di kelas!” ketika ditanya oleh pemandu.

    Sungguh pengalaman yang bukan hanya membuat otak cerdas, tapi juga hati lebih mencintai ciptaan-Nya.[] Siti Sobiah

  • Pesantren Wisuda, The Final Touch SIT Insantama

    Pesantren Wisuda, The Final Touch SIT Insantama

    Stasiun Paledang Bogor, pukul 06.00 WIB menjadi saksi kehadiran siswa kelas 9 angkatan XVI SMPIT Insantama, Selasa (27/5/2025). Angkatan yang menamakan diri mereka sebagai Gluminous ini telah bersiap mengikuti kegiatan Pesantren Wisuda di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi.

    Pada 07.50 WIB, kereta api Pangrango mengantar mereka hingga ke Stasiun Karang Tengah Sukabumi. Disambut oleh kepala stasiun dan cuaca yang mendung, para siswa kemudian melanjutkan perjalanan sejauh empat kilometer dengan elevasi 250 meter dengan berjalan kaki, menapaki kembali jejak kakak kelas mereka yang telah sembilan kali mendaki area Gunung Walat.

    Meski tertatih, ada yang mengeluh nafasnya sesak, ulu hatinya sakit, atau persendian kakinya linu, tetapi semua siswa berhasil melakukan perjalanan ini hingga ke kamp Hutan Pendidikan Gunung Walat.

    Mereka diperkenankan sejenak meluruskan kaki, lalu shalat Zhuhur dan dilanjutkan menikmati sajian makan siang. Usai bersih diri di area kamar masing-masing, para siswa kemudian berkumpul di aula Matoa untuk melaksanakan shalat Ashar.

    Kemudian mereka mengikuti sesi wejangan dari perwakilan Forum Orang Tua Siswa (Fosis) SMPIT Insantama. Wejangan dari perwakilan wali murid ini mampu menembus perasaan peserta, dibuktikan dengan tetesan air mata dari beberapa siswa.

    Malamnya, para siswa menikmati sesi talkshow inspiratif dari alumni SMPIT Insantama. Talkshow dengan latar obrolan ringan ala warung kopi tersebut mampu menarik dan menginspirasi mereka. Terbayang bagaimana suka duka kehidupan usai menempuh masa tiga tahun belajar di SMPIT Insantama.

    Mereka juga mendapatkan banyak inspirasi serta kiat-kiat agar bisa meraih sukses di jenjang SMA hingga kuliah. Namun, tetap istiqamah memegang nilai-nilai kebaikan yang telah diajarkan di Insantama.

    Pesantren Wisuda sendiri merupakan kegiatan khas SIT Insantama yang diikuti oleh para siswa di jenjang akhir, baik SD, SMP, maupun SMA menjelang kelulusan mereka. Di dalam Pesantren Wisuda, mereka mendapatkan penyegaran kembali akan nilai-nilai filososfis pendidikan di Insantama sebagai bekal mereka dalam menapaki jenjang kehidupan selanjutnya. Pesantren Wisuda adalah the final touch (sentuhan akhir) pada diri siswa SIT Insantama.[] Nur Fajarudin